Orang
bijak mengatakan, ‘Jika Anda tidak tahu sedang menuju ke mana, Anda akan butuh
waktu lebih lama untuk mencapai tempat tersebut’. Hal demikian juga terjadi di
bisnis DS/MLM. Sukses dan gagalnya seseorang dalam perjalanannya di bisnis MLM
sangat dipengaruhi oleh perilaku dan visivisinya ke depan. Jeffrey Babener,
konsultan MLM ternama di AS menunjuk 10 kesalahan utama distributor MLM yang
sering membuahkan kegagalan.
Artikel
berikut merupakan adaptasi bebas atas tulisan Babener di majalah Network
Marketing Life Styles Edisi Desember 2000/Januari 2001, dengan judul
“Networking
Dos and Don’ts: Ten Common Mistakes and How to Avoid Them”.
Artikel
ini sangat menarik karena bisa dijadikan bahan renungan baik oleh distributor
maupun perusahaan MLM. Jika distributor bisa bersinergi dengan perusahaan,
besar kemungkinan kesalahankesalahan utama tersebut bisa dihindari. Dengan
demikian para pelaku MLM berpeluang mencapai tempat tujuan —yaitu kesuksesan—
dengan lebih cepat. Berikut pembahasannya:
1. Jangan berlebihan dengan potensi income
Terlalu
membesar-besarkan potensi penghasilan membuat orang berharap secara berlebihan.
Memang benar, banyak jutawan lahir oleh bisnis MLM. Namun faktanya kurang dari
10 persen saja distributor yang full time menjalani bisnis ini.
Mayoritas orang menjalankan MLM sebagai usaha sambilan. Jadi, ekspetasi
penghasilan dari bisnis MLM sebaiknya dibuat serealistis mungkin yang
besarannya tak beda jauh dengan penghasilan kerja. Asumsinya, penghasilan ini
dipakai sebagai tambahan atas penghasilan kerja tetap. Fakta di lapangan,
banyak distributor yang awalnya berlebih berharap dapat uang besar, sebentar
kemudian kecewa dan minggat dari MLM. Sponsor yang merekrut dengan janji
penghasilan yang muluk-muluk seringkali kehilangan kredibilitasnya dalam waktu
singkat. Jadi berikan harapan, bersikaplah positif, dan sekaligus realistis.
2. Jangan hanya mengandalkan sistem
Aktivitas
rekrut cenderung ditumpukan pada system kompensasi (marketing plan) yang
dianggap paling unggul dan menjamin kesuksesan. Namun fakta historis gamblang
menyatakan bahwa tidak ada satu perusahaan MLM pun yang sukses dengan
sematamata mengandalkan diri pada sistem kompensasi. Tentu saja memiliki sistem
kompensasi yang menyediakan insentif-insentif menarik itu perlu. Namun sistem
kompensasi yang ‘terlalu menggoda’ seringkali merupakan ‘penambal’ bagi produk
yang kurang bagus dan lemahnya manajemen. Sistem semacam ini biasanya tidak
melanggengkan keberlangsungan bisnis perusahaan maupun distributornya. Jadi,
syarat utamanya tetap produk berkualitas, manajemen yang kuat, dan visi bersama
yang bisa bagus. Jadi, pelaku MLM harus lebih memperhatikan unsur-unsur
tersebut daripada berkonsentrasi pada keajaiban sistem.
3. Jangan asal ikut tren
Orang
suka kepincut dengan produk-produk tertentu yang lagi ngetren habis. Namun
cerita seperti itu hanya berlangsung singkat. Kadang sebuah perusahaan MLM bisa
sukses oleh momentum produk yang tepat serta dukungan product line yang
solid.
Namun
sejatinya ini jarang terjadi. Sejarah MLM dipenuhi dengan produk-produk yang
mengacu pada tren sesaat, tapi tidak semua mendulang sukses. Jadi, carilah
produk yang solid dan masuk akal, terutama sekali produk yang ada pasarnya dan
benar-benar dibutuhkan konsumen.
4. Jangan berpikir jangka pendek
Sama
seperti bisnis-bisnis bernilai dan serius lainnya, MLM perlu waktu untuk tumbuh
dan berkembang. Jika Anda mencari sukses jangka pendek, itu berarti Anda sedang
menanam benih kegagalan. Jangan mengharap hasil cepat sekurang-kurangnya dalam
enam bulan pertama Anda menggeluti bisnis ini. Mereka yang sukses di MLM
umumnya telah cukup bekerja keras membangun jaringan dan punya visi Menghindari
kesalahan-kesalahan yang tidak perlu dapat membawa Anda kepada kesuksesan dengan lebih
cepat. jangka
panjang. Ekonom Milton Friedman mengatakan, “Masa depan lebih panjang dari masa
sekarang”.
5. Mesin uang? Bukan!
Seringkali
kita dengar rencana bisnis yang diakui sebagai mesin uang. Prospek
diindoktrinasi, “Anda tidak perlu menjual apapun. Cukup buat daftar prospek dan
uang akan datang sendiri ke rekening Anda!” MLM bukan mesin uang dan bukan
mesin rekrut. MLM adalah sebuah bisnis yang serius. Distributor yang sukses
harus menguasai produknya, mengenal betul konsumennya, tahu visi-visi
perusahaan, dan siap bekerja keras untuk mencapai tujuan. Jadi, konsentrasi
pada pondasi bisnis yang kuat dan lupakan mesin uang, dan bisnis Anda
berpeluang menjadi lestari.
6. Margin profit tinggi
.Sering
pula distributor digoda dengan system kompensasi yang melebih-lebihkan potensi income,
hal mana ditujukan untuk mengangkat produk yang ditawarkan. Perusahaan dengan
produk berkualitas baik sah saja menetapkan harga lebih mahal, dan dengan
demikian bisa membayar komisi penjualan lebih besar. Pengalaman mencatat,
perusahaanperusahaan MLM besar mampu bertahan dengan cara fokus pada produk
berkualitas bagus, terpercaya mutunya, dikonsumsi dan dibutuhkan konsumen, seperti
produk nutrisi, perawatan pribadi, dan perawatan rumah tangga. Jika produk MLM
mudah dicari pembandingnya di ritel, maka agak sulit bagi perusahaan meraih
cukup margin profit untuk membayar komisi yang tinggi. Sejumlah servis atau
jasa nampak punya masa depan di industri ini. Namun pemasaran jasa seperti
telekom dan internet nampaknya hanya menghasilkan margin profit yang kecil.
Keduanya memang bagus dan dibutuhkan. Namun distributor yang bergerak pada
produk seperti ini harus mencari jumlah konsumen yang lebih besar untuk
bersaing dengan hasil yang didapat oleh produk bermargin profit tinggi.
7. Jangan abaikan reputasi perusahaan
Rasio
keberhasilan di MLM tak beda jauh dengan bisnis skala kecil lainnya. Mau tidak
mau, ada angka kegagalan yang berarti. Jika Anda mencari peluang lebih besar
untuk sukses, pilihlah MLM dengan track record (reputasi) yang
teruji. Lebih bagus jika perusahaan tersebut telah beroperasi sekurangkurangnya
dua – tiga tahun dan dibuktikan dengan manajemen perusahaan yang berkualitas.
Tapi, benarkah peluang sukses bisa diraih oleh mereka yang bergabung lebih awal?
Yah, kadang-kadang sih ada benarnya. Namun “ground floor opportunity”
atau kesempatan awal tidak ada nilainya jika pondasi bisnis rapuh. Jika Anda
tipe orang yang punya nyali besar dan siap ambil risiko berusaha —baik secara
finansial maupun psikologis— kalau misalnya MLM baru yang Anda pilih tersebut
tutup, setidaknya lakukan telaah seksama atas orang-orang di belakang
perusahaan tersebut (pendiri maupun manajemen puncaknya). Kaji pula catatan
sukses
mereka di bisnis sebelumnya dan bicaralah dengan distributor lain yang juga
masuk lebih awal.
8. Hindari inventory loading
Perusahaan
yang menginginkan ‘front-load’ dalam jumlah besar dari distributornya
jelas menuntut investasi uang tunai yang besar pula. Hindari! Dengan berbagai
kemudahan komunikasi dan distribusi saat ini, distributor tidak seharusnya
diminta investasi terlalu besar. Praktek inventory loading semata
ditujukan untuk menghimpun dana besar guna membayar komisi yang tinggi kepada
para heavy hitters. Para heavy
hitters ini fokusnya pada rekrut anggota baru. Program semacam ini biasanya
merupakan skema pyramid terselubung. Saat rekrut melambat, peluang bisnisnya pun
memudar. Jadi, bergabunglah dengan perusahaan yang menetapkan investasi yang
moderat dan kebiasaan order yang rasional. Yang terakhir ini lebih berdimensi long
term daripada yang memaksakan front load besar.
9. Jangan jadi kutu loncat
Katanya,
jika satu itu baik, maka dua dan seterusnya pasti lebih baik, benar? Salah!
Apapun mitos yang Anda dengar, sangat-sangat sedikit distributor yang bisa sukses
dengan memegang sekaligus beberapa program MLM. Sejarah MLM mencatat, deretan
kisah sukses lebih diisi para distributor yang komit dan loyal pada sebuah
program dibanding para kutu loncat. Walaupun memang tidak mudah untuk fokus
pada produk atau program tertentu. Namun mayoritas distributor sukses menekuni
bisnis ini secara full time, berhati-hati dalam memilih perusahaan yang
tepat, lalu bertekun pada perusahaan tersebut.
10. Jangan berpangku tangan
Tidak
cukup hanya memilih perusahaan yang tepat, menelepon teman untuk bergabung,
lalu berharap dapat income besar. Distributor yang sukses adalah mereka
yang secara konsisten merekrut, menjual, lalu menginvestasikan kembali hasilnya
bagi pengembangan bisnisnya. Orang sering memperbincangkan kebebasan finansial
di bisnis ini. Namun kebebasan finansial tidak akan terjadi jika Anda hanya
berpangku tangan. Sama seperti bisnisbisnis serius lainnya, sukses di MLM butuh
investasi, kerja keras, dan konsistensi. Jadi, lakukan kebiasaan-kebiasaan yang
mendukung pengembangan bisnis Anda mulai sekarang. Jangan lupa, hindari segala kesalahan
yang sudah Anda kenali bentuknya.